Diskusi Tentang Islam, Sufi se-Dunia Kumpul di Indonesia Senin, 06 Juni 2011 17:43 WIB REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mengatakan, para sufi dari seluruh dunia akan berkumpul di Indonesia untuk berdiskusi tentang Islam dan ajaran kebaikan. "Kita perkuat dengan pertemuan para sufi se-dunia untuk memperkuat bahwa Islam Indonesia adalah Islam moderat dan toleran," katanya saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin. Dia menjelaskan, pertemuan sufi se-dunia itu adalah bagian dari peringatan hari lahir ke-85 NU. "Pertemuan yang akan diselenggarakan pada 16 Juli 2011 itu akan dihadiri oleh 43 tarekat sufi dari Indonesia serta 22 tarekat sufi dari luar negeri," katanya. Menurut dia, sufi dari sejumlah negara akan hadir, antara lain dari Mesir, Syria, Amerika Serikat, Jepang, Maroko, Turki, dan para sufi dari negara anggota ASEAN. Islam di Indonesia selalu mengutamakan perdamaian dan antikekerasan. Secara khusus, Said Aqil menyatakan dukungan NU terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan PBNU selalu menjunjung tinggi asas-asas dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945. "Bagi NU, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945 sudah final," katanya. Peringatan hari lahir ke-85 Nahdlatul Ulama akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Peringatan hari lahir tersebut diawali dengan berbagai kegiatan, antara lain seminar tentang ekonomi kerakyatan serta pameran hasil karya warga nahdliyin. Selain itu juga akan ada defile Barisan Ansor Serbaguna (BANSER). Ribuan angggota BANSER akan turut serta dalam acara itu. "Sekitar 30.000 Ansor banser akan defile," kata Said Aqil.
TOLERANSI PARA KYAI NU
tingkatan wong biasa seng mentale lan sholehe kadang goyah lan ilmune durung nyegoro ojok khusyuk2 mundak dadi khowarij, wong khowarij iku nduwe wateq nutup pintu taubate wong liyan sakdurunge mati. Sebuah cerita; dari PKI menjadi Kyai .. Terlahir dari keluarga PKI, Setiono akhirnya disuruh ibunya mondok ketika beliau masih belia. Kematian paman yang mengasuhnya sejak kecil adalah spirit yg menguatkannya mondok. Maklum, pamannya mati karena disembelih Banser karena terlibat PKI pada tahun 1966 atas instruksi Jenderal Soeharto. Pilihan ibunya adalah memondokkan Setiono berguru ke Kyai Muchtar (panggilan ayah saya KH. Achmad Muchtar Ghozali) yang baru pulang mondok di Ketapang Kepanjen di bawah asuhan Romo Kyai Mohamad Said pada tahun 1967. Kyai Said adalah ulama kharismatik dari Malang, santri Kyai Khozin Siwalan Panji dan Kyai Hasyim Asyari. Beliau dikenal sebagai waliyullah dan ulama nasionalis karena ilmu laduni dan 'kejadugannya' menggembleng para santri dalam melawan penj...
Komentar