TAWADHU’ MERUPAKAN RAHASIA TERCIPTANYA KARYA MONUMENTAL “ALFIYAH IBNU MALIK”

بسـم الله الرحمن الرحيم



PENJELASAN BAIT KE 5, 6 DAN 7



Bait 5 :وَتَقْتَضِي رِضَاً بِغَيْرِ سُخْطِ # فَـائِقَةً أَلْفِــــيَّةَ ابْنِ مُعْطِيMaka ia menuntut keridhoan tanpa kemarahan (ketekunan dan kesabaran dalam mempelajarinya) # Ia telah mencakup Kitab Alfiyah karangan Ibnu Mu’thi (Imam Abu Zakariya Yahya putra Imam Mu’thie).



Qouluhu wa taqtadhie: Dalam bait 5 muqoddimah ini, Kyai Mushonnif Syeikh Al-’alamah Imam Ibnu Malik menyampaikan pesan khusus muatan kitab al-fiyahnya. Ia menuntut kepada keridloan dari Alloh SWT, pengarang dan dari yang mempelajarinya. Tekun dan sabar mempelajarinya dengan tidak disertai amarah. Alfiyah ini gaya bahasanya tidaklah sulit, mudah dicerna. Mampu mendekatkan pengertian yang jauh dalam ilmu nahwu dengan ungkapan yang ringkas. Kepadatan materinya dapat menjabarkan pengertian yang luas. Juga menyampaikan iklan bahwa karangan Al-fiyah kami (Kata Kyai Mushonif), sudah mencakup dan lebih unggul daripada alfiyah karangan Imam Ibnu Mu’thie.



Qouluhu Faiqotan : Bait ini disebutnya ‘Mutahharok’, (rubah ujung), sebab asal lengkapnya, ‘faa ieqotan minha bi alfi baeti’.Diceritakan bahwa setelah Kyai Mushonif selesai mengarang bait ini, kemudian melanjutkan ke bait ke 6 yakni :



فائقة منها بالف بيتmendadak semua karangan Al-fiyahnya hilang dari ingatan, mendadak menjadi lupa. Syahdan sampai 2 tahun lamanya, serta Kyai Mushonif sempat tidak sadarkan diri.Dalam tidak sadarkan diri, syahdan Kyai Mushonif bermimpi jumpa dengan seseorang yang sudah sepuh (yang belakangan diketahui bahwa beliau adalah gurunya) . Kemudian orang tersebut mengajukan pertanyaan kepada Kyai Mushonif :“Bukankah engkau mengarang Al-fiyah, sudah sampai dimana ?” Lalu Imam ibnu malik menjawab “ sampai pada bait faiqotan minha bi alfi baitin (alfiyyah ibnu malik mengungguli alfiyyahnya ibnu mu’thi (yakni gurunya) )”, Kemudian seseorang itupun bertanya , “apa yang menyebabkanmu tercegah menyempurnakan bait ini” lalu dijawab “saya tidak mampu sejak mengingatnya kembali”, lalu ditanya “apakah kamu ingin menyempurnakanya”, dijawab “ya” Lantas orang tersebut memberikan bait berikut,“Wal hayyu qod yaghlibu alfa mayyiti”. (Dan adapun seorang yang hidup, terkadang dapat mengalahkan seribu orang yang telah meninggal). Syaikh Imam malik pun bertanya “apakah kau ini guruku”, seseorang itu menjawab “ya”, seketika itupun imam malik terbangun seraya merasa menangis,malu karena telah tidak sopan dan su’ul adab kepada gurunya tersebut, masyaalloooh…..!!!



Adapun orang yang dijumpai dalam mimpi tersebut tiada lain adalah Syaikh Al-’alamah Imam Abu Zakariya Yahya ibnu Imam Mu’thie, ulama yang telah terlebih dahulu mengarang alfiyah.Setelah peristiwa itupun Syaikh Ibnu Malik dapat mengingat kembali karangan Al-fiyahnya seperti sedia kala. Lantas Ibnu Malik introspeksi dan memohon permintaan maaf atas kekhilafan atas karanganya tersebut, kurang tawadhu dan telah su’ul adab kepada Imam Ibnu Mu’thie dengan menyampaikan bait 6 berikut :



Bait 6 :



وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً # مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَDan sebab lebih dulu sebetulnya beliaulah yang berhaq memperoleh keutamaan # dan mewajibkan sanjungan indahku (untuknya).Yang maksudnya, jadi karena Syeikh Ibnu Mu’thie sudah terlebih dahulu dalam zamannya, maka lebih utama mendapat keunggulan, serta layak jika Ibnu Malik mengakui dan memberikan sanjungan keutamaan kepada kitab karangan Ibnu Mu’thie serta pribadinya. Adapun Ibnu Mu’thie, lahir tahun 564 H, wafat tahun 628 H (Berusia 64 tahun).Sebagaimana ada ungkapan bahwa ; “Al-fadhlu lil mutaqoddimiina”.(Adapun keutamaan itu, tetap kepada orang yang terdahulu). Seperti Imam dengan Ma’mum, Mubtada dengan Khobar, Jar dengan Majrur, Orang tua dengan Anak, dsb. Lantas Ibnu Malik berdo’a kepada Alloh SWT. dengan bait 7 berikut :



Bait 7 :



وَاللهُ يَقْضِي بِهِبَـاتٍ وَافِرَهْ # لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْSemoga Allah menetapkan pemberian-pemberian yang sempurna # untuku dan untuknya didalam derajat-derajat akhirat.



Tanbih : Lafad “Wallohu yaqdhie” umpama menurut ilmu ma’ani termasuk kepada lafad khobar, maknanya du’a. Adapun yang dimaksudnya adalah ; “bi hibbati wafiroh”, yaitu “Tsubuutul iman wal islam” (Tetapnya iman dan islam).I’lam : Tapi menurut sebagian ulama, bait ini kurang tepat, yang bagusnya adalah : “Wallohu yaqdhie bir-ridlo’a warrohmah # Lie wa lahu wa li jamie-iel ummah”.Wallohu a’lam wa ilaihil musta’aan.

Komentar

Anonim mengatakan…
saya mau tanya,apa benar orang yg setelah ngaji alfiyah terkena cobaan,,....???
MAJELIS ROTIB SARKUB mengatakan…
cobaannya ya biasanya sombong

Postingan populer dari blog ini

TOLERANSI PARA KYAI NU

KEUTAMAAN AHLI DALEMIPUN(PORO HABAIB&PORO SYARIFAH) KANJENG NABI MUHAMMAD SAW

Profil Singkat Habib Abu Bakar Bin Yahya Geritan