BIAR SEMAKIN CUINTA PADA SAYYIDUL MURSALIN SAYYIDINA MUHAMMAD SAW
Telah
diriwayatkan di kitab Madarijus Shu’ud hlm 17, bahwa sesungguhnya di
saat Rasulullah SAW lahir, banyak dari kaum Quraisy yang menjenguk dan
mengucapkan selamat atas kelahiran Beliau SAW. Begitu pulang ke rumah,
keluarganya terkejut dengan bau harum semerbak darinya, dan menanyakan
apakah dirinya memakai minyak wangi? Maka diapun menjawab bahwa bau
semerbak harum ini bukanlah dari minyak wangi, tetapi dirinya baru saja
pulang dari menjenguk Muhammad bin Abdullah SAW.
Sesungguhnya, ini semua adalah sebagai anugerah yang sangat agung
dari Allah SWT yang dilimpahkan kepada Beliau Baginda Rasulullah SAW dan
sebagai mukjizat yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaan Beliau
Rasulullah SAW di Sisi Allah SWT.
Bahwa sesungguhnya ketika Baginda Rasulullah SAW lahir, yang pertama kali menyusui Beliau adalah ibunda tercinta Sayyidah Aminah Radliyallahu Anha, yang kedua adalah Sayyidah Suwaibah Al-Aslamiyyah Radliyallahu Anha, baru kemudian Sayyidah Halimatus Sa’diyyah Radliyallahu Anha.
Beliau Sayyidah Halimah Radliyallahu Anha adalah wanita yang suci nan mulia di Sisi Allah SWT yang telah dilimpahi anugerah agung dari Allah SWT dengan dipilih untuk menyusui dan merawat kekasih-Nya Baginda Rasulullah Muhammad SAW..
Dan pada hakikatnya Allah SWT telah menentukan pilihannya tersebut, serta menjaga kesuciannya dari perbuatan jahiliyyah. Dan Allah SWT telah melimpahkan pula kepadanya kebersihan lahir batin, semata-mata hal itu adalah demi memuliakan dan mengagungkan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
Dan sesungguhnya daerahnya Sayyidah Halimah yang bernama Bani Sa’d yang terletak di sekitar Thoif sedang mengalami paceklik yang sangat panjang. Meskipun demikian, dengan taufiq dan hidayah dari Allah SWT, Beliau Sayyidah Halimah senantiasa ridlo, sabar dan selalu bersyukur kepada Allah SWT, sebagaimana disebutkan di kitab Nuzhatul Majaalis juz 2 hlm 79, yang artinya kurang lebih:
“Shahabat Abdullah bin Abbas Radliyallahu Anhu berkata; “Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan malaikat-Nya untuk menyerukan panggilan; "Wahai seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Ketahuilah oleh kalian semua, sesungguhnya telah lahir kekasih Allah SWT Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Sungguh beruntung sekali makhluk yang dipilih untuk menyusui dan merawatnya” Setelah para makhluk Allah SWT mendengar seruan tersebut, maka mereka memohon kepada Allah SWT agar diizinkan untuk merawatnya, bahkan para malaikatpun sangat mengharapkan hal itu. Maka Allah SWT Berfirman: ”Ketahuilah oleh kalian semua wahai makhluk-Ku, sesungguhnya Aku telah menetapkan Halimah untuk merawat dan menyusuinya”
Dan sebagaimana telah dijelaskan di kitab tersebut bahwa kondisi Sayyidah Halimah RA sebelumnya adalah dalam keadaan miskin dan susah kehidupannya, namun Beliau tetap memperbanyaki bersyukur kepada Allah SWT, meskipun kehidupan Sayyidah Halimah RA semakin berat, makan cuma apa adanya dari tanam-tanaman yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi beliau baru saja melahirkan anak kedua berupa laki-laki, maka kesulitan demi kesulitanpun semakin bertambah dan memuncak, sehingga beliau cuma makan sedikit sekali dalam seminggu. Dalam keadaan yang penuh dengan kesengsaraan, beliau mimpi didatangi seseorang yang menuntunnya menuju telaga air yang putih jernih melebihi susu. Sayyidah Halimah RA disuruh meminumnya. Beliau kemudian minum sampai merasa kenyang dan bertanya; “Wahai tuan, siapakah sebenarnya anda ?” Orang tersebut menjawab; “Wahai Halimah, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku adalah Al-Hamd yang berbentuk sebagai manusia dikarenakan pujianmu kepada Allah SWT di saat kamu dalam keadaan sulit ataupun senang. Pergilah engkau ke Makkah, niscaya kamu akan mendapati kemakmuran dari sana.
Maka 7 hari kemudian setelah Baginda Rasulullah SAW lahir, Sayyidah Halimah bersama suami dan anaknya yang bernama Abdullah pergi ke Makkah untuk mencari penghasilan (merawat dan menyusui bayi).
Dan sebagaimana disebutkan di kitab Sirah Ibnu Hisyam hlm 37 Sayyidah Halimah menceritakan dirinya; “Bahwa aku, suamiku dan anakku yang masih kecil pergi ke Makkah beserta rombongan dari Bani Sa’ad untuk mencari penghasilan (merawat dan menyusui bayi). Dan hal itu terjadi pada tahun paceklik yang sangat dahsyat sehingga hewan-hewan ternak kami banyak yang mati, dan pada saat itu kota Makkah dalam keadaan subur makmur. Kemudian kami berangkat dengan mengendarai hewan keledai yang sudah tua nan kurus, serta kami bawa pula onta untuk kami perah susunya. Dan pada malam hari kamipun tak bisa tidur akibat tangisan anak kami yang kelaparan dikarenakan air susuku sudah tidak muncukupinya lagi. Apalagi air susu onta kami juga tak bisa diharapkan lagi. Kami benar-benar dalam kondisi yang sangat kritis. Hanya tersisa suatu harapan datangnya suatu pertolongan dan jalan keluar dari kesulitan kami ini. Maka, kamipun tetap berangkat ke Makkah dengan keledai tua yang tertatih-tatih dan lambat sekali, sehingga rombongan kami merasa keberatan dan payah atas lambatnya keledai kami. Akhirnya kamipun sampai juga di Makkah, dan mencari bayi yang akan kami susui.
Pada saat itu pula, Sayyiduna Abdul Muthalib (kakek Baginda Nabi SAW) mendengar hatif (seruan malaikat yang diperintah oleh Allah SWT) yang menyerukan agar Beliau Rasulullah SAW jangan disusukan kecuali kepada Sayyidah Halimatus Sa’diyyah RA, sebagaimana disebutkan di kitab As-Sirah An-Nabawiyyah juz 1 hlm 56:
إن ابن آمنة الآمين محمد خير الأنام وخيرة الأخيار
ما أن له غير الحليمة مرضع نعم الأمينة هي على الأبرار
مأمونة من كل عيب فاخش ونقية الأثواب والأوزار
لاتسلمنه إلى سواها أنه أمر حكيم جاء من جبار
“Sesungguhnya Muhammad SAW Al-Amiin putra Sayyidah Aminah, adalah insan yang paling utama dan sebaik-baiknya pilihan Allah SWT. Tiada yang berhak untuk menyusuinya kecuali Halimatus Sa’diyyah. Dialah (Halimah) sebaik-baiknya wanita pilihan yang terjaga dari segala aib dan kejelekan, serta telah disucikan lahir dan batinnya. Janganlah sekali-kali engkau serahkan Muhammad SAW selain kepadanya. Sungguh ini adalah suatu keputusan dan ketetapan dari Allah SWT Dzat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya”.
Sesampainya Sayyidah Halimah di Makkah, maka dengan izin Allah SWT Beliau ditemukan dengan Sayyiduna Abdul Muthalib. Seketika Sayyiduna Abdul Muthalib mengetahui bahwa beliau (Sayyidah Halimah) adalah sebagian dari rombongan para wanita yang sedang mencari anak untuk dirawat dan disusuinya.
Sebagaimana disebutkan di kitab As-sirah An-Nabawiyyah juz 1 hlm 55, Sayyidah Halimah RA berkata:
“Kemudian Sayyiduna Abdul Muthalib menemuiku dan bertanya: “Siapakah sesungguhnya engkau dan dari manakah asalmu ?” Akupun menjawab: “Wahai Tuan Abdul Muthalib, saya adalah seorang wanita biasa dari kabilah Bani Sa’ad”. Beliau bertanya lagi; “Siapakah namamu ?”. Akupun menjawab lagi: “Duhai tuan Abdul Muthalib, namaku adalah Halimah”. Beliaupun kemudian tersenyum bahagia dan berkata: “Halimah dan Sa’diyyah adalah dua nama yang sangat indah sekali yang menunjukkan kemuliaan dan kebaikan dunia akhirat, maukah kamu menyusui dan merawat cucuku, niscaya engkau mendapati keberuntungan yang abadi?”. Akupun menjawab; “Wahai tuan, sungguh saya bersedia, segera pertemukan saya dengannya”. Maka wajah Tuan Abdul Muthalib semakin berbinar-binar memancarkan kebahagian yang meluap (atas tercapainya apa yang diharapkan). Kemudian Beliau mengajakku masuk ke dalam rumah Sayyidah Aminah RA.
Sesampainya di sana, beliau (Sayyidah Aminah RA) menyambutku dan berkata; “Selamat datang dan kami senang bertemu denganmu”. Kemudian beliau (Sayyidah Aminah RA) mengajakku masuk ke kamar Baginda Rasulullah SAW dengan sangat perlahan-lahan dan sangat hati-hati. Setelah aku melihatnya, aku sangat kagum dengan keindahan wajahnya yang sangat anggun mempesona laksana mutiara yang tiada duanya. Beliau SAW sedang tidur dengan pulas berselimutkan sutera yang sangat putih dan jernih melebihi putihnya susu dan terhampar di bawahnya sutera hijau yang sangat indah dan semerbak bau yang sangat harum menyebar dari tubuhnya. Maka akupun mendekatinya dengan sangat perlahan dan hati-hati karena khawatir membangunkan Beliau dari tidurnya. Dan dengan sangat hati-hati aku usapkan tanganku di dada Beliau. Tiba-tiba Beliau terbangun dan membuka kedua matanya dan tiba-tiba pula memancar cahaya dari kedua mata Beliau dan kemudian Beliaupun memandangku dengan senyumnya yang sangat indah. Akupun terpana dan sangat kagum, belum pernah selama hidupku aku melihat peristiwa yang sangat luar biasa seperti ini.. Akupun tak sabar lagi untuk secepatnya memegang dan memeluknya. Seketika itu pula, dengan reflek aku cium keningnya (antara kedua matanya). Aku angkat, aku gendong, aku peluk dan tiba-tiba kedua payudaraku yang tadinya sedikit air susunya, seketika menjadi penuh dan deras air susunya. Maka Akupun memberikan susu kanan kepada Beliau, dan Beliaupun meminumnya. Begitu aku pindahkan ke sebelah kiri, Beliau menolaknya. Seakan-akan Beliau memberikan isarah bahwa susuku yang kiri adalah untuk anakku Abdullah.
Sebagaimana dijelaskan di kitab tersebut tentang hal ini bahwa: Ahlul ilmi mengatakan sesungguhnya Allah SWT memberikan ilham kepada Beliau Baginda Rasulullah SAW, bahwa Beliau mempunyai saudara yang menyusu bersamanya, maka Beliau memberikan bagian untuknya.
Sayyidah Halimah RA berkata: “Setelah Beliau SAW merasa cukup, kemudian aku susui anakku Abdullah dengan susu kiri sampai kenyang dan tidur pulas. Padahal sebelumnya anakku tidak pernah bisa tidur pulas karena lapar. Pada saat itu pula, suamiku yang sedang menunggu di luar mendekati onta yang kami bawa. Tiba-tiba onta kami tersebut kelihatan segar, gemuk dan kantong susunya penuh dengan air susu. Kemudian ia memerah susunya untuk kami minum sampai kami merasa segar dan kenyang sekali.. Dan kamipun bisa tidur pulas di malam itu, padahal sebelumnya kami tak pernah bisa tidur pulas.
Maka, pada pagi harinya suamiku berkata: "Wahai istriku tercinta Halimah, sungguh kita telah mendapatkan bayi agung yang sangat mulia dan penuh keberkahan".
Demikian pula, keledai kami yang dulunya kurus dan lemah kini tiba-tiba menjadi, gemuk, kuat, sehat dan cepat jalannya.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم ، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، كما باركت على سيدنا إبراهيم وآل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجي
Bahwa sesungguhnya ketika Baginda Rasulullah SAW lahir, yang pertama kali menyusui Beliau adalah ibunda tercinta Sayyidah Aminah Radliyallahu Anha, yang kedua adalah Sayyidah Suwaibah Al-Aslamiyyah Radliyallahu Anha, baru kemudian Sayyidah Halimatus Sa’diyyah Radliyallahu Anha.
Beliau Sayyidah Halimah Radliyallahu Anha adalah wanita yang suci nan mulia di Sisi Allah SWT yang telah dilimpahi anugerah agung dari Allah SWT dengan dipilih untuk menyusui dan merawat kekasih-Nya Baginda Rasulullah Muhammad SAW..
Dan pada hakikatnya Allah SWT telah menentukan pilihannya tersebut, serta menjaga kesuciannya dari perbuatan jahiliyyah. Dan Allah SWT telah melimpahkan pula kepadanya kebersihan lahir batin, semata-mata hal itu adalah demi memuliakan dan mengagungkan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
Dan sesungguhnya daerahnya Sayyidah Halimah yang bernama Bani Sa’d yang terletak di sekitar Thoif sedang mengalami paceklik yang sangat panjang. Meskipun demikian, dengan taufiq dan hidayah dari Allah SWT, Beliau Sayyidah Halimah senantiasa ridlo, sabar dan selalu bersyukur kepada Allah SWT, sebagaimana disebutkan di kitab Nuzhatul Majaalis juz 2 hlm 79, yang artinya kurang lebih:
“Shahabat Abdullah bin Abbas Radliyallahu Anhu berkata; “Sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan malaikat-Nya untuk menyerukan panggilan; "Wahai seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Ketahuilah oleh kalian semua, sesungguhnya telah lahir kekasih Allah SWT Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Sungguh beruntung sekali makhluk yang dipilih untuk menyusui dan merawatnya” Setelah para makhluk Allah SWT mendengar seruan tersebut, maka mereka memohon kepada Allah SWT agar diizinkan untuk merawatnya, bahkan para malaikatpun sangat mengharapkan hal itu. Maka Allah SWT Berfirman: ”Ketahuilah oleh kalian semua wahai makhluk-Ku, sesungguhnya Aku telah menetapkan Halimah untuk merawat dan menyusuinya”
Dan sebagaimana telah dijelaskan di kitab tersebut bahwa kondisi Sayyidah Halimah RA sebelumnya adalah dalam keadaan miskin dan susah kehidupannya, namun Beliau tetap memperbanyaki bersyukur kepada Allah SWT, meskipun kehidupan Sayyidah Halimah RA semakin berat, makan cuma apa adanya dari tanam-tanaman yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi beliau baru saja melahirkan anak kedua berupa laki-laki, maka kesulitan demi kesulitanpun semakin bertambah dan memuncak, sehingga beliau cuma makan sedikit sekali dalam seminggu. Dalam keadaan yang penuh dengan kesengsaraan, beliau mimpi didatangi seseorang yang menuntunnya menuju telaga air yang putih jernih melebihi susu. Sayyidah Halimah RA disuruh meminumnya. Beliau kemudian minum sampai merasa kenyang dan bertanya; “Wahai tuan, siapakah sebenarnya anda ?” Orang tersebut menjawab; “Wahai Halimah, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku adalah Al-Hamd yang berbentuk sebagai manusia dikarenakan pujianmu kepada Allah SWT di saat kamu dalam keadaan sulit ataupun senang. Pergilah engkau ke Makkah, niscaya kamu akan mendapati kemakmuran dari sana.
Maka 7 hari kemudian setelah Baginda Rasulullah SAW lahir, Sayyidah Halimah bersama suami dan anaknya yang bernama Abdullah pergi ke Makkah untuk mencari penghasilan (merawat dan menyusui bayi).
Dan sebagaimana disebutkan di kitab Sirah Ibnu Hisyam hlm 37 Sayyidah Halimah menceritakan dirinya; “Bahwa aku, suamiku dan anakku yang masih kecil pergi ke Makkah beserta rombongan dari Bani Sa’ad untuk mencari penghasilan (merawat dan menyusui bayi). Dan hal itu terjadi pada tahun paceklik yang sangat dahsyat sehingga hewan-hewan ternak kami banyak yang mati, dan pada saat itu kota Makkah dalam keadaan subur makmur. Kemudian kami berangkat dengan mengendarai hewan keledai yang sudah tua nan kurus, serta kami bawa pula onta untuk kami perah susunya. Dan pada malam hari kamipun tak bisa tidur akibat tangisan anak kami yang kelaparan dikarenakan air susuku sudah tidak muncukupinya lagi. Apalagi air susu onta kami juga tak bisa diharapkan lagi. Kami benar-benar dalam kondisi yang sangat kritis. Hanya tersisa suatu harapan datangnya suatu pertolongan dan jalan keluar dari kesulitan kami ini. Maka, kamipun tetap berangkat ke Makkah dengan keledai tua yang tertatih-tatih dan lambat sekali, sehingga rombongan kami merasa keberatan dan payah atas lambatnya keledai kami. Akhirnya kamipun sampai juga di Makkah, dan mencari bayi yang akan kami susui.
Pada saat itu pula, Sayyiduna Abdul Muthalib (kakek Baginda Nabi SAW) mendengar hatif (seruan malaikat yang diperintah oleh Allah SWT) yang menyerukan agar Beliau Rasulullah SAW jangan disusukan kecuali kepada Sayyidah Halimatus Sa’diyyah RA, sebagaimana disebutkan di kitab As-Sirah An-Nabawiyyah juz 1 hlm 56:
إن ابن آمنة الآمين محمد خير الأنام وخيرة الأخيار
ما أن له غير الحليمة مرضع نعم الأمينة هي على الأبرار
مأمونة من كل عيب فاخش ونقية الأثواب والأوزار
لاتسلمنه إلى سواها أنه أمر حكيم جاء من جبار
“Sesungguhnya Muhammad SAW Al-Amiin putra Sayyidah Aminah, adalah insan yang paling utama dan sebaik-baiknya pilihan Allah SWT. Tiada yang berhak untuk menyusuinya kecuali Halimatus Sa’diyyah. Dialah (Halimah) sebaik-baiknya wanita pilihan yang terjaga dari segala aib dan kejelekan, serta telah disucikan lahir dan batinnya. Janganlah sekali-kali engkau serahkan Muhammad SAW selain kepadanya. Sungguh ini adalah suatu keputusan dan ketetapan dari Allah SWT Dzat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya”.
Sesampainya Sayyidah Halimah di Makkah, maka dengan izin Allah SWT Beliau ditemukan dengan Sayyiduna Abdul Muthalib. Seketika Sayyiduna Abdul Muthalib mengetahui bahwa beliau (Sayyidah Halimah) adalah sebagian dari rombongan para wanita yang sedang mencari anak untuk dirawat dan disusuinya.
Sebagaimana disebutkan di kitab As-sirah An-Nabawiyyah juz 1 hlm 55, Sayyidah Halimah RA berkata:
“Kemudian Sayyiduna Abdul Muthalib menemuiku dan bertanya: “Siapakah sesungguhnya engkau dan dari manakah asalmu ?” Akupun menjawab: “Wahai Tuan Abdul Muthalib, saya adalah seorang wanita biasa dari kabilah Bani Sa’ad”. Beliau bertanya lagi; “Siapakah namamu ?”. Akupun menjawab lagi: “Duhai tuan Abdul Muthalib, namaku adalah Halimah”. Beliaupun kemudian tersenyum bahagia dan berkata: “Halimah dan Sa’diyyah adalah dua nama yang sangat indah sekali yang menunjukkan kemuliaan dan kebaikan dunia akhirat, maukah kamu menyusui dan merawat cucuku, niscaya engkau mendapati keberuntungan yang abadi?”. Akupun menjawab; “Wahai tuan, sungguh saya bersedia, segera pertemukan saya dengannya”. Maka wajah Tuan Abdul Muthalib semakin berbinar-binar memancarkan kebahagian yang meluap (atas tercapainya apa yang diharapkan). Kemudian Beliau mengajakku masuk ke dalam rumah Sayyidah Aminah RA.
Sesampainya di sana, beliau (Sayyidah Aminah RA) menyambutku dan berkata; “Selamat datang dan kami senang bertemu denganmu”. Kemudian beliau (Sayyidah Aminah RA) mengajakku masuk ke kamar Baginda Rasulullah SAW dengan sangat perlahan-lahan dan sangat hati-hati. Setelah aku melihatnya, aku sangat kagum dengan keindahan wajahnya yang sangat anggun mempesona laksana mutiara yang tiada duanya. Beliau SAW sedang tidur dengan pulas berselimutkan sutera yang sangat putih dan jernih melebihi putihnya susu dan terhampar di bawahnya sutera hijau yang sangat indah dan semerbak bau yang sangat harum menyebar dari tubuhnya. Maka akupun mendekatinya dengan sangat perlahan dan hati-hati karena khawatir membangunkan Beliau dari tidurnya. Dan dengan sangat hati-hati aku usapkan tanganku di dada Beliau. Tiba-tiba Beliau terbangun dan membuka kedua matanya dan tiba-tiba pula memancar cahaya dari kedua mata Beliau dan kemudian Beliaupun memandangku dengan senyumnya yang sangat indah. Akupun terpana dan sangat kagum, belum pernah selama hidupku aku melihat peristiwa yang sangat luar biasa seperti ini.. Akupun tak sabar lagi untuk secepatnya memegang dan memeluknya. Seketika itu pula, dengan reflek aku cium keningnya (antara kedua matanya). Aku angkat, aku gendong, aku peluk dan tiba-tiba kedua payudaraku yang tadinya sedikit air susunya, seketika menjadi penuh dan deras air susunya. Maka Akupun memberikan susu kanan kepada Beliau, dan Beliaupun meminumnya. Begitu aku pindahkan ke sebelah kiri, Beliau menolaknya. Seakan-akan Beliau memberikan isarah bahwa susuku yang kiri adalah untuk anakku Abdullah.
Sebagaimana dijelaskan di kitab tersebut tentang hal ini bahwa: Ahlul ilmi mengatakan sesungguhnya Allah SWT memberikan ilham kepada Beliau Baginda Rasulullah SAW, bahwa Beliau mempunyai saudara yang menyusu bersamanya, maka Beliau memberikan bagian untuknya.
Sayyidah Halimah RA berkata: “Setelah Beliau SAW merasa cukup, kemudian aku susui anakku Abdullah dengan susu kiri sampai kenyang dan tidur pulas. Padahal sebelumnya anakku tidak pernah bisa tidur pulas karena lapar. Pada saat itu pula, suamiku yang sedang menunggu di luar mendekati onta yang kami bawa. Tiba-tiba onta kami tersebut kelihatan segar, gemuk dan kantong susunya penuh dengan air susu. Kemudian ia memerah susunya untuk kami minum sampai kami merasa segar dan kenyang sekali.. Dan kamipun bisa tidur pulas di malam itu, padahal sebelumnya kami tak pernah bisa tidur pulas.
Maka, pada pagi harinya suamiku berkata: "Wahai istriku tercinta Halimah, sungguh kita telah mendapatkan bayi agung yang sangat mulia dan penuh keberkahan".
Demikian pula, keledai kami yang dulunya kurus dan lemah kini tiba-tiba menjadi, gemuk, kuat, sehat dan cepat jalannya.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم ، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، كما باركت على سيدنا إبراهيم وآل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجي
Komentar